Selasa, 28 Desember 2010

KECEWA DENGAN MAHASISWA KITA

KECEWA DENGAN MAHASISWA KITA

Hampir setiap hari, stasiun-stasiun TV kita menayangkan kerusuhan di tiga kampus sekaligus. Para mahasiswa di Medan, Jogja, dan Ambon rusuh, bentrok fisik.
Wajah kampus sebagai ranah rasio dan keilmuan tak ubahnya lapangan tempur untuk saling unjuk kekuatan. Lengkaplah sudah kebobrokan wajah kampus-kampus kita. Di tingkat internasional peringkat perguruan tinggi kita sudah rendah, bahkan ada banyak yang tidak dapat nomor.
Hal ini ditambah lagi dengan maraknya adu fisik antar mahasiswa. Bukannya adu intelektual tapi malah adu fisik untuk menentukan siapa yang terkuat. Logikanya kalau para mahasiswanya yang notabene cerdas intelektualnya masih main kekerasan untuk menyelesaikan persoalan, maka apalagi masyarakat awam yang rendah tingkat pendidikannya.
Belum lagi persoalan rendahnya kualitas SDM anak bangsa. Berdasarkan laporan UNDP melalui program HDI (Human Development Index), pada tahun 2006 Indonesia berada di peringkat 108 dari 175 negara. Jauh lebih rendah dari Singapura (25), Brunei (34), Malaysia (61), Thailand (74), dan Filipina (84).
Persoalannya, bagaimana dengan para siswa yang akan melanjutkan pendidikan ke tingkat perguruan tinggi? Akankah terulang kekerasan-kekerasan yang telah dilakukan senior-senior mereka di kampus? Padahal sebelum masuk kampus saja sudah banyak anak-anak sekolah menengah yang berpengalaman dalam tawuran.
Okelah, kita bisa sebut mahasiswa sebagai agent of change. Tetapi apanya yang berubah kalau di luar dan di dalam sama-sama adu otot. Di luar adu otot dengan aparat ketika demo dan di dalam adu otot sesama mahasiswa.
Kita mengakui kondisi kampus-kampus memang sedang compang-camping. Namun lebih memilukan lagi kalau kita malah menambah kerusakan itu atau kurang peduli untuk turut memperbaikinya.
Bak pepatah, janganlah jatuh ke lubang yang sama dua kali. Kata orang, hanya keledai dengan kedunguannya saja yang jatuh dua kali di lubang yang sama. Tapi di negeri ini, mahasiswa kita telah jatuh ke sana berulang kali. Lalu apa bedanya dengan keledai? Perhatikan bung!   
Aksi anarkis yang dilakukan mahasiswa menuntut penuntasan skandal Bank Century kembali terjadi di Makassar, Sulawesi Selatan Kamis (4/2). Ratusan mahasiswa Universitas Sultan Alauddin Makassar berunjuk rasa dengan merusak fasilitas publik yang berada di sekitar Jalan Sultan Alauddin.
Pos polisi yang berada di perempatan Jalan Pettarani dan Sultan Alauddin yang berada di dekat kampus juga menjadi sasaran pengrusakan.Selain memecahkan kaca-kaca,mereka juga menghancurkan perabotan di pos polisi.
Mahasiswa yang saat itu sedang berunjuk rasa dibubarkan aparat kepolisian karena memblokade badan jalan, hingga bentrokan terjadi.Dua mahasiswa ditangkap aparat kepolisian dari peristiwa itu.

MENDIKNAS MINTA MAHASISWA TIDAK ANARKIS

"Demo boleh saja untuk menyampaikan aspirasi,tapi jangan sampai anarkis. Justru akan sangat dihargai jika aspirasi mahasiswa itu dengan menggunakan intelektual, pemikiran,dan gagasan yang lebih baik,"katanya.Menurutnya, jika anarkis memasuki ranah demokrasi, maka akan menjadikan seseorang atau kelompok cenderung bersikap tirani.

demonstrasi yang anarkis seharusnya tidak terjadi karena dalam negara demokrasi harus ada kesamaan dan kesetaraan.
siapa pun tidak boleh melakukan tindakan  anarkis, termasuk mahasiswa dan aparat.
Mendiknas juga mengemukakan, tidak adil jika hanya aparat yang diminta tidak anarkis, sementara mahasiswa dan masyarakat justru anarkis.  Sikap anarkis ini sangat terkait dengan pendidikan karakter, etika dan moral bangsa yang ditinggalkan akhir-akhir ini.
"Demo boleh saja untuk menyampaikan aspirasi, tapi jangan sampai anarkis. Justru akan sangat dihargai jika aspirasi mahasiswa itu dengan menggunakan intelektual, pemikiran dan gagasan yang lebih baik


Sumber:id.news.yahoo.com |
             http://idcfm.com/home/54-artikel-lepas-2/966-perhatikan-mahasiswa-kita.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar